Wednesday, May 04, 2022

Negosiasi.

Sebuah kejadian kecil kemaren. Mobil yang dikemudikan adik saya bertabrakan dengan sepeda motor yang dikendarai oleh seorang remaja di pertigaan dekat rumah. Dalam kasus ini pengendara sepeda motor yang salah karena dia menabrak.


Kemudian adik saya mendatangi rumah penabrak yang kebetulan juga tetangga, untuk menyelesaian persoalannya. Pada awalnya pengendara sudah merasa bersalah, dan bersedia mengganti biaya perbaikan kerusakan mobil. Namun persoalannya diambil alih orang tua pengendara. Dia malah protes kerusakan motornya juga parah. Intinya mereka tidak mau mengganti biaya perbaikan, dengan alasan yg dibuat oleh orang tua pengendara yang tidak menyaksikan fakta kejadian tapi protes sepeda motornya juga rusak. Serta setumpuk alasan lain yang tidak relevan, misalnya mereka mengatakan sudah kenal keluarga kita sejak lama. Mereka menggiring bahwa mereka juga mengalami kerusakan kendaraan dan kenal keluarga itu dapat menjadikan mereka tidak bersalah utk menghindari penggantian kerugian. Adik saya mengalah dalam negosiasi ini bukan karena fakta kejadian tapi karena menjaga kerukunan  bertetangga.


Dari kasus ini dirasakan bahwa kebenaran dan fakta kejadian dikalahkan dengan tekanan teknik bernegosiasi untuk memenangkan kasus. Celah negosiasi selalu penuh dengan trik dan pressure serta akal2an agar menang. Ini terjadi juga dalam skala besar antar negara, seperti cara Amerika menguasai dunia.


Hidup ini memang bergerak dari satu negosiasi ke negosiasi berikutnya, tapi apakah kita harus membiarkan kehidupan  ini didominasi oleh segala cara trik pressure dalam negosiasi….???


Fikiran dan logika yang jernih serta adil pada kedua belah pihak sangat dibutuhkan dalam negosiasi yang fair, agar pemenang didukung oleh fakta, bukan oleh fakta yang diputar balikkan. (AU-04052022).

Estafet Kehidupan.

Sebagai orang tua dari anak-anak yg sudah dewasa kadang-kadang kita masih memperlakukan anak-anak seperti waktu mereka masih kanak-kanak. Masih saja terjadi pada saat mengambil keputusan yang menyangkut mereka, kita mengambil alih hak anak dengan cara memutuskan sendiri tanpa meminta pendapat mereka. Biasanya ini terjadi pada perkara yang dianggap sederhana dan kelihatan remeh, tapi sesungguhnya secara konsep sangat prinsipil.


Setiap setelah keputusan tersebut diambil, kita sadar bahwa kita telah membuat kesalahan. Oleh sebab itu kita tetap harus belajar dan hati-hati jangan sampai terulang, meskipun sering ada “naluri orang tua” yang  menjerumuskan kepada kesalahan yang sama. Kita tidak boleh menjadikan “naluri orang tua” ini sebagai kambing hitam untuk mengaffirmasi perbuatan kita. Perlu kesadaran terus menerus bahwa kita hanya menghantarkan anak menjadi dewasa, kemudian merekalah yang mengendalikan kehidupannya. Sehingga mereka dapat menjalankan fungsinya sebagai generasi penerus.


Inilah pelajaran berharga yang saya alami pada hari iedulfitri ini. Peristiwa tersebut  terjadi pada saya, meskipun detailnya tidak disampaikan, tapi saya ingin mengajak orang tua yang mungkin mengalami hal yang sama, untuk menyadari posisi kita. Bahwa kita bukan lagi pemain utama, biarkan mereka meneruskan estafet kehidupan. (AU-03052022)


Tuesday, May 03, 2022

Catatan Lebaran 1443/2022

Sudah sejak 2 tahun yang lalu dunia dilanda pandemi covid-19. Di Indonesia kondisi pandemi mulai menurun protokol kesehatan diperlonggar dan semoga bergerak menuju endemi. Dengan mulai longgarnya aturan protokol kesehatan, ekonomi juga mulai menggeliat. Lebaran terasa lebih hidup dan penuh gairah. 


Tradisi mudik di Indonesia sudah menjadi ritual lebaran. Pergerakan manusia mudik ke kampung halaman sangat masif dan dalam periode singkat. Mudik adalah dampak yang berkaitan langsung dengan urbanisasi. Masyarakat rural pelaku urbanisasi serentak ingin berkumpul dengan keluarga dan famili di kampung asal saat merayakan lebaran. Periode mudik ke kampung dan kembali lagi ke kota hanya dalam selang 7 sampai 10 hari selama cuti dari pekerjaan. Dalam periode itulah perpindahan manusia secara masif dari urban ke rural dan sebaliknya. Tahun 2022 ini ditaksir 85 juta pemudik yang bergerak di seluruh Indonesia.  


Pergerakan manusia mudik  menyebabkan perputaran ekonomi dan distribusi finansial menjadi cepat dan membantu pemerataan pendapatan. Apalagi pendapatan ditambahkan dalam bentuk THR yang menambah volume uang yang disebar.


Menarik mempelajari dan merenungkan atas kaitan kultur bangsa, urbanisasi, mudik, distribusi ekonomi, dan prasaran transportasi. Kita perlu bersyukur semuanya itu menggelorakan dinamika kehidupan bangsa, meskipun dalam proses ini mungkin ada korban yang tidak dapat dihindari.


*Seri hikmah puasa diakhiri dengan catatan lebaran ini. Selamat merayakan lebaran Mohon Maaf Lahir dan Bathin.

(AU-02052022)

Puasa (29)

Setiap berbuka selama puasa Ramadhan, kita selalu berusaha agar tidak terjadi “balas dendam” setelah berbuka. Balas dendam yang dimaksud adalah melepas nafsu yang tertahan seharian tanpa kendali.


Sebulan penuh kita berlatih mengendalikan nafsu, waktu yang cukup lama untuk membentuk kebiasaan baru. Akankah terlihat saat iedulfitri dan sesudahnya bahwa kita sudah lulus latihan pengendalian nafsu. 


Merayakan iedulfitri sudah menjadi tradisi, menjadi ritual sendiri di Nusantara kita. Meskipun demikian sebagai hasil latihan selama Ramadhan harusnya tidak dirayakan berlebihan. Harus sesuai dengan kesederhanaan dan kepantasan yang dicontohkan Rasulullah saw.


Semoga dengan menjaga kepantasan dalam merayakan iedulfitri, menjadikan kita sebagai manusia yang selalu sadar dan ingat, conscious, eling, dalam rangka mencapai ketaqwaan. 


Selamat Iedulfitri, minal ‘aidin wal faizin.(AU-01052022)

Saturday, April 30, 2022

Puasa (28)

Pernah suatu hari  saat azan zuhur saya pergi keluar rumah, didepan rumah berjumpa tetangga yang mau shalat ke masjid. Kebetulan rumah saya dekat masjid, tapi saya keluar rumah bukan mau ke masjid. Terbayang dalam fikiran saya mungkin si tetangga itu bertanya dalam hatinya, kenapa saya tidak ke masjid. Boleh jadi dia juga menyombongkan diri karena bisa ke masjid untuk shalat zuhur dibandingkan dengan saya yang tidak.  Kalau kemungkinan itu terjadi, apakah tindakan saya salah karena memantik  orang lain jadi berpikir sombong? Nurani saya berkata meskipun tidak ada niat tapi saya mempunyai kontribusi membuat orang berfikir sombong.


Para ulama sepakat mengatakan bahwa kalau beramal jangan punya pamrih, harus tulus dan lillahi ta’ala dan kita hanya mengharapkan ridha (serta pahala) dari Allah. Disini timbul satu lagi pertanyaan, bukankah dengan mengharap ridha (serta pahala) juga sebuah pamrih? Masih tuluskah kita kalau masih mengharapkan sesuatu? Nurani saya berkata ketulusannya dipertanyakan karena masih punya pamrih.


Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari kejadian diatas menjadi bahan renungan kita menjelang puasa selesai. Bagi saya, walaupun ada bisikan nurani, masih tetap akan menjadi renungan. 

(AU-30042022).

Friday, April 29, 2022

Puasa (27)


Buku Manifesto Islam Cinta oleh Haidar Bagir (Mizan 2022) menarik dan menginspirasi, sekurang-kurangnya bagi saya sendiri.


Cuplikan yang menggugah yang ingin saya elaborasi adalah tentang Islam kaffah. Banyak kesalahkaprahan memahami kaffah. Ada yang memahami kekaffahan sampai harus menentukan ukuran jilbab padahal  esensinya Allah menyuruh menutup aurat dan tidak menonjolkan perhiasan, bahkan ada yg mau mengubah putaran jarum jam kearah kiri sesuai dengan gerakan tawaf, dan banyak lagi hal kecil dan remeh temeh  lainnya. 


Namun ada hal yang paling esensial dan utama yang terlupakan, yaitu Islam rahmatan lil’alamin, dan membentuk akhlak mulia sesuai dengan tujuan pengutusan Nabi saw. Dua hal ini tidak tercermin dalam keseharian mengingat banyaknya kekerasan dan permusuhan yang dibalut dengan agama.

Kelihatannya berislam seolah-olah maksimal sampail detail, tapi nilai yang dicapai minimalis. 


Oleh sebab itu alangkah baiknya kita berislam fokus pada promosi rahmatan lil’alamin dan akhlak mulia. Sesungguhnya dengan  “rahmatan lil’alamin dan akhlak mulia” menjadi jaminan menjadi islam kaffah, termasuk yang berkaitan dengan hal-hal detail dan remeh temeh, dan beragama menjadi maksimal.


Semoga cuplikan ini menjadi bahan renungan pada penghujung puasa Ramadhan ini. (AU-29042022).

Puasa (26)


Apakah syetan itu musuh Allah? Syetan adalah makhluk yang mengajak berbuat jahat yang menimbulkan dosa. Syetan bisa berwujud iblis dan manusia, maka berarti syetan adalah sifat dari makhluk, baik manusia maupun jin. 


Apabila syetan diposisikan sebagai musuh Allah, berarti ada dua kekuatan yang exist, yang satu adalah lawan yang lain. Permusuhan antara dua kekuatan tersebut biasanya terjadi jika memiliki kedudukan setara. Sungguh tidak pada tempatnya Allah dan syetan menjadi setara. Allah adalah satu-satunya kekuatan yang exist tidak punya lawan, kalau dalam istilah bahasa, Allah tidak punya antonim.


Berbeda dengan cinta, bahwa Allah mencintai makhluknya. Mencintai tidak harus dalam kedudukan setara, Allah Maha Tinggi sementara makhluk adalah yang diciptakan Allah. Sebagai contoh: jika kita mencintai kucing tidak berarti kita setara dengan kucing.

Demikian juga dengan murka, tidak perlu dalam kedudukan setara.


Bertolak dari pemikiran diatas, rasanya perlu dicari cara untuk memosisikan Allah dan syetan dalam ungkapan berbahasa. Syetan bukan musuh Allah melainkan musuh besar -‘aduwwu mubin- kita, manusia. 


Semoga puasa kita dapat membelenggu syetan musuh besar kita, seperti yang dijanjikan.

(AU-28042022).