Saturday, September 04, 2010

Puasa dan Taqwa

Ya ayyuhalladzina amanu, kutiba ‘alaikumusshiamu kama kutiba alalladzina min qablikum la’allakum tattaqun. (QS Al-Baqarah 2:3).
Artinya: Wahai orang-orang beriman diwajibkan bagimu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada ummat sebelum kamu, agar engkau menjadi orang-orang yang bertaqwa.
Firman Allah yang dikutip diatas adalah untuk memerintahkan ummat beriman untuk berpuasa, ayat ini sudah sering kita dengar dan menjadi top-hit setiap Ramadhan datang.

Perintah puasa ditujukan kepada orang yang beriman, karena orang beriman mempunyai kedudukan istimewa. Kenapa perintah kepada orang-orang yang beriman? Tidak lain karena orang beriman adalah orang-orang yang telah merasa aman, sesuai dengan arti kata iman yang berasal dari amana (alif mim nun) yang berarti aman dan juga arti yang lain yaitu percaya. Karena orang beriman sudah merasa aman dalam kepercayaannya kepada Allah, maka orang beriman adalah orang-orang yang sudah berada dalam kondisi siap untuk melakukan perintah ibadah puasa tersebut.
Kesiapan ini dibutuhkan karena puasa sebagai ibadah istimewa sangat jauh berbeda dengan ibadah lain. Misalnya ibadah shalat akan terlihat dalam gerakan shalat, atau ibadah haji akan nyata terlihat dalam perbuatan manusia dengan ritual haji yang mengharuskan pergi ke Baitullah di Makkah. Sementara ibadah puasa tidak ada orang lain yang tahu apakah seseorang memang berpuasa.
Puasa adalah ibadah yang sangat pribadi, ibadah untuk melakukan sesuatu yang tidak dilakukan (tidak makan, tidak minum, dan berbagai tidak yang lain), dan balasannya sesuai dengan janji Nya, bahwa hanya Allah yang akan membalasnya.

Pesan dari ibadah puasa sangat banyak, dan kita sudah mengenal pesan fisik/lahiriah, seperti kesehatan, latihan pengendalian nafsu, dan lain2. Disamping pesan fisik demikian, ada beberapa pesan spiritual/bathiniah antara lain adalah;
Pertama, dapat menghayati Ke-Maha-Hadiran Allah swt karena tidak ada yang tahu seseorang berpuasa kecuali Allah; oleh sebab itu orang tetap akan berpuasa karena Allah selalu hadir dan melihat kita berpuasa.
Kedua, membuat manusia dapat mengendalikan dan menunda kenikmatan jasmani yang hanya bersifat sesaat. Kenikmatan jasmani yang meskipun halal namun dilarang selama berpuasa seperti makan-minum dan hubungan suami-istri.
Ketiga, mengasah kepekaan sosial dalam keharusan membayar zakat fitrah dan berbagi rasa dan empati dengan orang lain.

Tujuan akhir puasa adalah agar menjadi orang bertaqwa. Taqwa berarti orang yang kuat dan tegar, tunduk, sungguh-sungguh dan konsisten dalam ketundukannya kepada Allah swt.
Ketaqwaan seseorang secara lahiriah akan terlihat dalam beberapa tanda-tanda. Orang bertaqwa akan konsisten dalam bertindak, tegas dalam bersikap dan adil dalam menilai dan menghakimi. Orang bertaqwa juga selalu bersyukur kepada Allah swt. Ia akan mensyukuri semua anugerah Allah, baik itu nikmat maupun cobaan..

Dengan demikian, puasa yang dijalankan dengan benar adalah yang dapat menjadikan manusia bertaqwa (la’allakum tattaqun) sebagai jalur hablum min Allah; dan juga menjadikan manusia bersyukur (la’allakum tasykurun) sebagai jalur hablum min annas.

Marilah kita memupuk ketaqwaan kita kepada Allah, sejalan dengan firman Allah dalam al-Quran: Yaa ayyuha alladzina amanu ittaqu Allaha haqqa tuqatihi wa laa tamutunna illa wa antum muslimun. (QS Ali Imran 3 : 102). Artinya: Wahai orang-orang beriman bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri.

Semoga kita selalu dalam ridha-Nya. Amin.

Wa billahi taufiq wal hidayah.


Adli Usuluddin
12 Agustus 2010
2 Ramadhan 1431