Friday, May 29, 2009

CINTA

Agama mengajarkan bahwa mencintai apapun jangan lah melebihi cinta pada Tuhan. Saat ingin mencintai Tuhan kita mulai kebingungan, bagaimana caranya kita menyalurkan cinta itu, karena Tuhan tidak dapat dijadikan obyek sementara cinta memerlukan subyek dan obyek. Kemudian muncullah berjuta adagium cinta, yang dapat dipahami yang berkaitan dengan subyek-obyek ini. Ada cinta asmara, persahabatan, tanah air, harta, kedudukan, pangkat dan sebagainya. Adagium ini semuanya memberikan subyek dan obyek yang dapat ditangkap dan terdefinisi.
Kemudian, kita mulai terjerat kedalam cinta-cinta diatas, dan mulai larut didalamnya. Cinta mulai bergerak kearah kepemilikan, menjadi posessif dan melekat pada obyek yang dicintai.

Sebetulnya obyek yang dicintai itu adalah sekedar ”substitusi” dari Pencipta obyek (saya tulis substitusi dalam tanda kutip, karena saya tidak menemukan kata yang tepat, karena Pencipta tidak bisa disubstitusi) kesemuanya hanya ”saluran” cinta pada Tuhan. Dengan demikian mencintai apapun didunia ini sebagai ciptaan Tuhan, sejatinya adalah mencintai Tuhan. Apapun alasan untuk mencintai sesuatu semuanya pasti menuju Dia.

Suatu hal yang perlu disadari terus menerus adalah bahwa obyek cinta adalah saluran dalam rangka mencintai Tuhan. Kita tidak boleh melekat (attached) dengan obyek tesebut, harus disadari bahwa semuanya hanyalah obyek penyaluran cinta.
Cintailah dunia ciptaan Tuhan, tapi jangan melekat padanya.

I love you all.