Sunday, May 08, 2016

Peta Baru Menuju Kampung Akhirat

Kuliah subuh di masjid hari ini.

Ustadz mengandaikan bekal amal didunia yang akan dibawa ke kampung akhirat nanti ibarat barang bawaan yang akan melewati beacukai seperti kita pulang dari luar negeri kembali ke tanah air.  Amal sebagai barang bawaan akan diperiksa oleh malaikat penjaga akhirat, sehingga itu akan menentukan apakah kita akan dimasukkan ke surga atau neraka.

Adapun skenario yang dianut selama ini, bahwa kita dilahirkan kemudian hidup dan berkiprah dimuka bumi, setelah itu meninggal dan nanti pada yaumil akhir akan dihisab amalannya di pengadilan Allah dengan bukti alias BAP dari catatan yang dibuat oleh malaikat, dan keputusan pengadilan ini yang akan menentukan apakah kita akan masuk ke surga atau neraka.

Melalui pengandaian itu umat akan memahami kajian yang  disampaikan, tapi masihkah relevan skenario seperti itu.

Bukankah bagi Allah semuanya sangat mudah. Semua amalan kita akan diketahui-Nya secara langsung saat kita kerjakan. Apa masih relevan menggambarkan skenario penantian sampai yaumil akhir, apakah Allah memerlukan catatan BAP dari malaikat, apakah bayangan padang mahsyar yang menampung semua manusia dari awal  sampai kiamat, dengan jembatan serambut dibelah tujuh dan api yang menyala dibawahnya.

Memang ada teks yang menggambarkan urutan seperti diatas, namun kelihatannya perlu pandangan baru dalam melihat peta jalan kehidupan manusia. Diperlukan gambaran baru yang lebih up to date tentang proses pengadilan, tentang padang mahsyar, tentang titian serambut dibelah tujuh. Gambaran baru yang dapat dipahami dengan pikiran dan konsep modern. Kalau tidak mau secara perlahan pengunjung pengajian akan semakin sepi, maka diperlukan tafsir yang dapat memberikan peta baru menuju kampung akhirat. 

Kita merindukan mufasir demikian.

08 Mei 2016.