Tuesday, January 05, 2010

Nur diatas Gemerlap.

Selangkah aku maju
Banyak onak dan duri
Yang kucinta menjadikan aku sendirian.
Menjadikan gelap dalam gemerlap
Aku menaruh asa pada nur diatas gemerlap
Menerangi kegelapan yang gemerlap



Adli Usuluddin
26 Okt -09

Aku menuju Mu

Aku menuju Mu
Sepi dalam keriuhan

Aku menuju Mu
Sendirian ditengah keributan

Aku menuju Mu
Bersahabat setia dengan keraguan

Dalam sepi
Kau jadi penjuru

Aku menuju Mu
Berikanlah petunjuk
Untuk dapat menjadi.

Adli Usuluddin
26 Oktober 2009

Monday, January 04, 2010

…………dan juga; ……sendiri.

Acara televisi cukup hangat tentang petinggi KPK yang ditangkap, membuat saya rajin mengikuti berita televisi agar tidak ketinggalan dari kondisi aktual perkara tersebut. Tapi tulisan ini tidak akan membahas masalah penahanan petinggi KPK, melainkan menyorot pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar oleh penyiar televisi. Logika dalam berbahasa perlu memperhatikan konteks keseluruhan cerita sehingga pemirsa dapat menangkap dengan jelas maksud dari pesan yang disampaikan.

Beberapa kali bahkan sudah menjadi idiom bagi penyiar adalah pemakaian kata-kata penghubung “dan juga” untuk menyebut keterlibatan subyek dalam satu topik. Berkali-kali penyiar televisi memakai kata “dan juga”, misalnya: “Bibit dan juga Chandra datang melaporkan diri ke Bareskrim Polri”. Kita tahu bahwa Bibit dan Chandra adalah kesatuan subyek yang ada dalam suatu rangkaian cerita. “Dan juga” lebih tepat dipakai dalam memberitakan keterlibatan subyek/pihak yang merupakan kesatuan subyek yang lain. Sebagai contoh kalimat: ”Tersangka Bibit dan juga Chandra dan juga pengacaranya menghadiri sidang MK”, akan lebih tepat kalau ditulis: ”Tersangka Bibit dan Chandra dan juga pengacaranya menghadiri sidang MK”. Karena Bibit dan Chandra adalah satu kesatuan tersangka dalam perkara yang sama, sehingga lebih cocok dengan penghubung ”dan” dibandingkan ”dan juga”. Contoh lain: ”Pengacara Bibit dan juga Chandra mengajukan penangguhan penahanan kliennya.” Kalimat ini akan menimbulkan pertanyaan: ’Apakah ada dua (tim) pengacara masing-masing untuk Bibit dan Chandra?’. Kalau maksudnya ada satu (tim) maka kalimat yang tepat adalah memakai kata hubung dan, sehingga kalimatnya menjadi: ”Pengacara Bibit dan Chandra mengajukan.....dst”

Satu lagi pemakaian kata yang janggal adalah pemakaian kata ”sendiri” untuk menunjuk subyek yang dipakai tidak pada tempatnya. Kata “sendiri” sering didengar tidak hanya dari televisi tapi juga dari radio. Sebagai contoh dari siaran harga sayur mayur, sering disebut kalimat dengan struktur: “Harga cabe sendiri sekian rupiah perkilo, kol bulat sendiri sekian rupiah perkilo, dst.”, sementara cabe dan kol bulat belum dibahas sebelumnya. Menurut hemat saya pemakaian kata sendiri lebih cocok untuk subyek yang sudah dibahas sebelumnya, misalnya untuk kalimat diatas didahului dengan pengantar tentang kondisi harga pasar cabe dan kol bulat (misalnya: stabil /naik/turun).

Inilah kejanggalan yang terasa dalam logika berbahasa, karena rangkaian kata yang disusun menjadi satu kalimat memerlukan konsep logika berbahasa. Ungkapan bahasa yang disertai logika berbahasa, akan memperlihatkan kualitas penuturnya. –


Adli Usuluddin
Pamulang, 5 November 2009.