Sunday, August 17, 2008

Assalamualaikum

Seorang anggota panitia tujuh belasan akan berbicara didepan peserta peringatan tujuhbelasan di RW saya. Acara diselenggarakan dengan sederhana, tapi cukup mengesankan dan sangat berarti dalam memupuk kebersamaan. Kebersamaan inilah yang membuat ketahanan warga jadi solid dalam menghadapi persoalan sosial.
Kembali kepada panitia yang akan berpidato. Sang panitia memulai pidatonya dengan mengucapkan salam: "Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu", kemudian terdengar beberapa orang menjawab salam tersebut dengan "wassalamualaikum". Sang pembicara mengulangi salamnya sampai dua kali karena dia mengharapkan jawaban yang lantang dari hadirin. Kelihatan hal ini biasa, karena sering dilakukan oleh uztadz dalam pengajian-pengajian. Harapan pembicara untuk jawaban yang lantang adalah alasan yang utama.
Kalau kita lihat perilaku pembicara ini sudah termasuk pemaksaan, betapapun halus dan apapun alasannya. Menjawab salam adalah kewajiban yang disalami bukan kewajiban yang memberi salam. Apabila yang disalami tidak menjawab, biarlah itu menjadi tanggung jawab yang bersangkutan, tidak perlu "dipaksa" secara halus dengan mengulang salam sampai beberapa kali.
Baik yang memberi salam maupun yang disalami sudah tahu kewajiban masing-masing, biarlah masing-masing menjalankan kewajibannya tanpa dipaksa. Pemaksaan secara halus akan menjadi bibit pemaksaan berikutnya yang lebih menekan, yang pada gilirannya akan menjadi habit yang sulit dihilangkan.