Friday, August 11, 2006

Sweeping

Mahasiswa di Makassar melakukan sweeping. Mereka mencari warga keturunan Cina untuk melampiaskan kemarahan. Ada yang dipukul dan diperlakukan dengan tidak menyenangkan. Alasan mereka melampiaskan kemarahan akibat ada warga keturunan Cina memperkosa di Sinjai.
Hari berikutnya sweeping dilakukan lagi. Sasaran kali ini adalah orang asing, dengan alasan melampiaskan kemarahan karena Lebanon diserang Israel.
Demikian isi berita dua hari yang lalu baik di media televisi maupun cetak.

Menurut logika tidak satu pun alasan logis yang dapat membenarkan perbuatan tersebut. Satu orang keturunan Cina yang memperkosa tidak dapat menjadikan semua warga keturunan Cina harus bertanggungjawab. Kalau logika ini yang dipakai maka semua sistim akan berantakan. Misalnya kalau ada orang Jawa, yang melakukan pemerkosaan, apakah semua orang Jawa juga akan disweeping? Sudah tentu jawaban nya tidak, dan kenapa orang keturunan Cina harus diperlakukan demikian?
Demikian juga kasus yang kedua, apa hubungannya orang asing di Makassar dengan Israel yang menyerang Lebanon, apakah orang asing itu ikut menyerang? Penduduk dunia ada 6,5 milyar, dimana orang Indonesia ada 200 juta sehingga orang asing ada sekitar 6,3 milyar jiwa, hanya sekitar 6 juta orang Israel. Sesuai dengan ilmu statistik maka kemungkinan ketemu orang asing yang Israel didunia ini hanya 6 juta per 6,3 milyar atau sama dengan 1 diantara 10 ribu. Nah kalau mau ketemu orang Israel di Indonesia kemungkinannya adalah 1 /10.000 diantara 200 juta …...alias hampir tidak mungkin, sekalipun faktor mobilisasi mereka sangat tinggi. Kalau toh dijumpai orang Israel sekalipun, kita tidak dapat mengusir seenaknya dan tidak dapat dituntut pertanggung jawabannya. Atas dasar apa kita bisa menuntut mereka?

Sungguh sangat menyedihkan, bahwa yang melakukan sweeping ini adalah mahasiswa muslim dari kampus universitas yang menyandang identitas Islam. Kita harus waspada dengan kejadian diatas, boleh jadi karena ulah mereka tersebut akan membuat orang Islam dituduh emosionil dan tidak bisa berpikir logis. Stigma yang demikian sudah lama lengket, dan perlu dihilangkan.

Kita semestinya bisa berpikir dan bertindak secara adil. Memperkosa adalah perbuatan yang menentang keadilan. Israel menyerbu Lebanon adalah tindakan yang tidak adil. Tapi melakukan sweeping dengan cara diatas adalah sama tidak adilnya. Lantas apa bedanya?

Friday, August 04, 2006

Iklan.

Saya rasa banyak orang yang telah menyaksikan iklan shampo dan iklan cream pemutih kulit di televisi. Sajian iklan disampaikan dengan enak dan gambar menawan. Satu hal yang kelihatan umum dan biasa dalam iklan shampo adalah rambut jadi lurus dan mudah disisir. Demikian juga halnya dengan iklan cream pemutih, yang menonjol adalah kulit akan lebih putih dalam tempo sekian lama, dan kulit putih menjadi suatu yang lebih baik dibandingkan kulit dengan warna lain.
Inilah yang tidak disadarai oleh semua kalangan, sehingga iklan-iklan tersebut tanpa disadarai telah melakukan brain washing, bahwa kulit yang bagus adalah kulit putih dan rambut yang indah adalah rambut lurus. Pada hal kita tahu bahwa manusia dilahirkan tidak mempunyai kesempatan untuk memilih apakah kulitnya mau putih, coklat atau hitam, dan juga tidak punya kesempatan memilih rambut lurus, ikal maupun keriting.
Konsep persuasif iklan-iklan tersebut terjebak menjadi seolah-olah berbau rasis, karena hanya ras tertentu saja yang berkulit putih dan berambut lurus. Kenapa misalnya iklan itu tidak dibuat lebih kreatif, misalnya rambut menjadi bersih dan rapi, baik itu keriting maupun lurus; ataupun kulit menjadi bersih dan bersinar baik itu putih, coklat ataupun hitam. Sehingga target audiens dari iklan ini menjadi lebih luwes dan luas kesegala bangsa baik berkulit putih, coklat maupun hitam; ataupun beramput lurus maupun keriting.
Kita memang harus berfikir Clearly and Honestly.