Friday, September 04, 2015

Islam Nusantara dan Indonesia Berkemajuan.

Jauh sebelum terbentuknya Negara Republik Indonesia, dua organisasi berbasis Islam yaitu Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama (NU) telah mulai mengorganisir masyarakat untuk meraih masa depan yang lebih baik. Muhammadiyah yang berdiri tahun 1912, dikenal dengan program pendidikan modern, kesehatan dan misi pemurnian ajaran Islam yang dikenal dengan program pembebasan umat dari tahayul, bid’ah dan khurafat. Sementara NU yang berdiri tahun 1926 dikenal dengan program pendidikan calon ulama dengan sistim pendidikan pesantren, dan menjaga moral ummat islam melalui dakwah yang mengakar pada budaya lokal.

Awal Agustus tahun 2015 kedua organisasi terbesar di Indonesia tersebut, mengadakan muktamar dalam rangka memilih pengurus baru dan penentuan program dan langkah lima tahun kedepan.

Pada muktamar tersebut Muhammadiyah mengusung tema “Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan” dan NU mengusung tema “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Membangun Peradaban Indonesia dan Dunia.” Kedua tema ini menuju kesejahteraan umat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Saya memahami Indonesia Berkemajuan adalah visi menjadikan Indonesia yang maju disegala bidang, Indonesia yang terkinikan atau modern, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana menuj u kesejahteraan. Alangkah indahnya suatu saat nanti budaya riset ditemukan di laboratorium dan pusat ilmu universitas-universitas Muhammadiyah. Pertumbuhan ilmu kedokteran dan kesehatan yang dilahirkannya melalui rumah sakit-rumah sakit Muhammadiyah yang telah tersedia cukup banyak. Saya membayangkan innovasi teknologi, penemuan pengobatan dan teknologi kesehatan akan dihasilkan oleh lembaga riset, rumah sakit dan universitas Muhammadiyah.
Infrastruktur dilingkungan Muhammadiyah sudah sangat memadai dari segi jumlah, berupa sarana pendidikan dengan konsep modern dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, dan balai pengobatan serta rumah sakit. Pengorganisasian dan jumlah anggota serta simpatisan yang sangat besar akan menjadi pelaku dan penunjangnya. Muhammadiyah sudah barang tentu harus berbenah meningkatkan kualitas infrastruktur tersebut dari waktu ke waktu. Untuk itu sudah juga tersedia banyak ahli dari kalangan internal yang bisa menjadi penggerak untuk peningkatan kwaliatas tersebut.

Demikian juga saya memahami peradaban yang akan terwujud melalui Islam dengan tidak meninggalkan budaya lokal Nusantara sebagai perwujudan dari rahmat semesta alam. Pelestarian  budaya lokal yang dipromosikan di sarana pendidikan dasar dan menengah pada pesantren-pesantren NU.

Nahdatul Ulama dikenal dengan ikatan kekerabatan yang sangat kompak dan solid, memiliki pesantren-pesantren terkemuka dalam jumlah yang cukup, dibantu oleh kaum nahdhiyin yang jumlahnya sangat dominan. Saya membayangkan NU melahirkan para ulama/cendekia serta peneliti ilmu sosial yang dihasilkan oleh institusi NU. Ulama yang berwawasan luas, yang menghargai kaum yang berbeda, baik berbeda dikalangan dalam Islam maupun diluar Islam.

Harapan yang sangat besar terbebankan pada Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama untuk mencapai kesejahteraan bangsa yang diidamkan. Saat ini kedua organisasi tersebut sedang menyusun program mereka, maka harapan-harapan ini kita kemukakan sebagai masukan mereka.

Agar tercapai masyarakat Islam Nusantara dalam Indonesia Berkemajuan diharapkan kedua organisasi besar tersebut melakukan sinergi atas program-program mereka. Kita harapkan para pengurus kedua organisasi tersebut menyadarinya. Persaingan positif sangat diharapkan sehingga program dan hasil dari masing-masing pihak tidak saling melemahkan satu sama lain. Mereka dapat bekerja sama memanfaatkan sumber yang saling menunjang, berbagi informasi dan hasil penelitian sehingga usaha keduanya dapat menuju sasaran yang diinginkan untuk kemajuan bangsa.

Persaingan tidak sehat, klaim-klaim kebenaran jangan lagi menjadi isu seperti sebelumnya. Kedua organisasi ini harus berbicara tentang esensi islam dan kesejahteraan bersama bukan hanya kesejahteraan anggota saja. Mereka tidak lagi terjebak dengan masalah perbedaan furu’, tidak lagi mempermasalahkan perbedaan awal puasa atau lebaran. Dengan demikian mereka semestinya menyiapkan program serta langkah taktis yang sinergis, demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia yang juga sudah barang tentu menjadi cita-cita kedua organisasi besar diatas.

Apabila ini memungkinkan maka dapat kita harapkan akan terlahir kembali bangsa Indonesia yang berakhlak tinggi, toleran, berwawasan terbuka serta plural. Karena Islam yang diusung kedua organisasi ini mewarnai mayoritas rakyat maka wajah islam  rahmatan-lil-alamin yang sebenarnya akan terwujud . Kondisi ini akan menjadi landasan yang kuat menuju kesejahteraan Indonesia. Semoga.-
Pamulang, 17 Agustus 2015.
 Adli Usuluddin.

No comments: