Jauh sebelum terbentuknya Negara Republik Indonesia, dua
organisasi berbasis Islam yaitu Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama (NU) telah mulai
mengorganisir masyarakat untuk meraih masa depan yang lebih baik. Muhammadiyah yang
berdiri tahun 1912, dikenal dengan program pendidikan modern, kesehatan dan
misi pemurnian ajaran Islam yang dikenal dengan program pembebasan umat dari
tahayul, bid’ah dan khurafat. Sementara NU yang berdiri tahun 1926 dikenal
dengan program pendidikan calon ulama dengan sistim pendidikan pesantren, dan
menjaga moral ummat islam melalui dakwah yang mengakar pada budaya lokal.
Awal Agustus tahun 2015 kedua organisasi terbesar di
Indonesia tersebut, mengadakan muktamar dalam rangka memilih pengurus baru dan
penentuan program dan langkah lima tahun kedepan.
Pada muktamar tersebut Muhammadiyah mengusung tema “Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia
Berkemajuan” dan NU mengusung tema “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Membangun Peradaban Indonesia dan Dunia.”
Kedua tema ini menuju kesejahteraan umat dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Saya memahami Indonesia Berkemajuan adalah visi
menjadikan Indonesia yang maju disegala bidang, Indonesia yang terkinikan atau
modern, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana menuj u
kesejahteraan. Alangkah indahnya suatu saat nanti budaya riset ditemukan di
laboratorium dan pusat ilmu universitas-universitas Muhammadiyah. Pertumbuhan ilmu
kedokteran dan kesehatan yang dilahirkannya melalui rumah sakit-rumah sakit
Muhammadiyah yang telah tersedia cukup banyak. Saya membayangkan innovasi
teknologi, penemuan pengobatan dan teknologi kesehatan akan dihasilkan oleh
lembaga riset, rumah sakit dan universitas Muhammadiyah.
Infrastruktur dilingkungan Muhammadiyah sudah sangat
memadai dari segi jumlah, berupa sarana pendidikan dengan konsep modern dari
sekolah dasar sampai perguruan tinggi, dan balai pengobatan serta rumah sakit.
Pengorganisasian dan jumlah anggota serta simpatisan yang sangat besar akan
menjadi pelaku dan penunjangnya. Muhammadiyah sudah barang tentu harus berbenah
meningkatkan kualitas infrastruktur tersebut dari waktu ke waktu. Untuk itu
sudah juga tersedia banyak ahli dari kalangan internal yang bisa menjadi penggerak
untuk peningkatan kwaliatas tersebut.
Demikian juga saya memahami peradaban yang akan terwujud
melalui Islam dengan tidak meninggalkan budaya lokal Nusantara sebagai
perwujudan dari rahmat semesta alam. Pelestarian budaya lokal yang dipromosikan di sarana
pendidikan dasar dan menengah pada pesantren-pesantren NU.
Nahdatul Ulama dikenal dengan ikatan kekerabatan yang
sangat kompak dan solid, memiliki pesantren-pesantren terkemuka dalam jumlah
yang cukup, dibantu oleh kaum nahdhiyin yang jumlahnya sangat dominan. Saya
membayangkan NU melahirkan para ulama/cendekia serta peneliti ilmu sosial yang
dihasilkan oleh institusi NU. Ulama yang berwawasan luas, yang menghargai kaum
yang berbeda, baik berbeda dikalangan dalam Islam maupun diluar Islam.
Harapan yang sangat besar terbebankan pada Muhammadiyah
dan Nahdhatul Ulama untuk mencapai kesejahteraan bangsa yang diidamkan. Saat
ini kedua organisasi tersebut sedang menyusun program mereka, maka
harapan-harapan ini kita kemukakan sebagai masukan mereka.
Agar tercapai masyarakat Islam Nusantara dalam Indonesia
Berkemajuan diharapkan kedua organisasi besar tersebut melakukan sinergi atas program-program
mereka. Kita harapkan para pengurus kedua organisasi tersebut menyadarinya. Persaingan
positif sangat diharapkan sehingga program dan hasil dari masing-masing pihak
tidak saling melemahkan satu sama lain. Mereka dapat bekerja sama memanfaatkan
sumber yang saling menunjang, berbagi informasi dan hasil penelitian sehingga
usaha keduanya dapat menuju sasaran yang diinginkan untuk kemajuan bangsa.
Persaingan tidak sehat, klaim-klaim kebenaran jangan lagi
menjadi isu seperti sebelumnya. Kedua organisasi ini harus berbicara tentang
esensi islam dan kesejahteraan bersama bukan hanya kesejahteraan anggota saja.
Mereka tidak lagi terjebak dengan masalah perbedaan furu’, tidak lagi mempermasalahkan perbedaan awal puasa atau
lebaran. Dengan demikian mereka semestinya menyiapkan program serta langkah
taktis yang sinergis, demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia yang
juga sudah barang tentu menjadi cita-cita kedua organisasi besar diatas.
Apabila ini memungkinkan maka dapat kita harapkan akan
terlahir kembali bangsa Indonesia yang berakhlak tinggi, toleran, berwawasan
terbuka serta plural. Karena Islam yang diusung kedua organisasi ini mewarnai
mayoritas rakyat maka wajah islam rahmatan-lil-alamin
yang sebenarnya akan terwujud . Kondisi ini akan menjadi landasan yang kuat
menuju kesejahteraan Indonesia. Semoga.-
Pamulang, 17 Agustus 2015.
Adli Usuluddin.
No comments:
Post a Comment