Sebagaimana kita semua
menyadari bahwa umat Islam sering dinasehati agar berdo’a dan bershalawat, agar
nanti di yaumil akhir kita diberi syafa’at oleh Rasulullah agar terhindar dari
siksaan api neraka.
Syafa’at secara umum
berarti usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau
mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain.
Syafa’at Rasulullah menurut
Ibnu Hajar Al-Asqalani adalah:
“Rasulullah
memberikan syafa’at kepada manusia pada hari kiamat, yaitu dengan memberikan
ketenangan pada waktu mereka dalam ketakutan.
Rasul
juga memberikan syafa’at dengan memohon keringanan adzab untuk sebagian
orang-orang kafir, sebagaimana yang terjadi pada diri paman beliau Abu Thalib.
Rasul
juga memberikan syafa’atnya dengan memohon kepada Allah untuk mengeluarkan
sebagian orang mukmin dari siksa api neraka atau memohonkan mereka untuk tidak
dimasukkan ke dalam api neraka setelah ditetapkan bahwa mereka akan masuk
neraka.
Rasul
juga dapat memberikan syafa’at bagi seseorang untuk masuk surga tanpa melalui
proses hisab atau dengan mengangkat derajat sebagian mereka untuk bisa tinggal
dalam surga yang lebih tinggi.”
Selanjutnya, apakah
yang terbayang oleh kita tentang syafa’at ini, apakah kelak Rasulullah akan
datang di pengadilan Tuhan, dan kemudian beliau membantu kita?
Saya kira tidak
demikian.....!
Allah swt
memerintahkan kita berdo’a, namun do’a bukanlah sebuah tombol untuk
menggerakkan apa yang kita inginkan. Tapi do’a adalah memberikan kesiapan pada
diri kita untuk menerima pemberian dari Allah swt. Syafa’at Rasulullah itu adalah
salah satu bentuk pemberian dari Allah swt.
Berdo’a saja tidak
cukup.
Jadi untuk mendapatkan
syafa’at Rasulullah kita seharusnya juga berbuat dan berakhlak yang baik.
Rasulullah saw adalah
patron yang paling pantas untuk dicontoh. Kita harus bisa meniru akhlak
Muhammad saw dengan sepenuhnya. Dengan meniru akhlak beliaulah syafa’at dengan
sendirinya akan dianugerahkan kepada kita.
Ini sesuai dengan petunjuk
Allah dalam al-Quran surat Al-Ahzab (33) ayat 21: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari
kiamat dan dia banyak mengingat Allah.”
Dan
dipertegas dengan sabda
Rasulullah saw dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari : ”Inna ma bu’itstu li utimma shalihul akhlak”
, yang artinya: sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang saleh. (H.R.
Bukhari).
Bagaimana meniru
akhlak beliau sementara beliau sudah tiada?
Beliau mengamalkan
semua kebaikan manusia yang disebutkan dalam al-Quran. Muhammad dikenal santun
dan dapat dipercaya. Beliau kalau disakiti tidak pernah membalas, bahkan dihina
sekalipun beliau tetap mema’afkan penghinanya.
Muhammad dikenal sebagai
manusia yang berakhlak Al-Quran. Oleh sebab itu kita harus mendalami ajaran
akhlak melalui Al-Quran dan Sunnah beliau.
Akhlak inilah yang
harus ditiru oleh umat Islam agar dapat memperoleh syafa’at diakhirat kelak.
Wallahu a’lam
No comments:
Post a Comment