Tuesday, October 11, 2011

Masjid yang Sepi.

Ada fenomena tentang kemakmuran masjid saat ini yang berawal dari aktifitas masjid selama bulan Ramadhan yang lalu. Kebanyakan masjid dipenuhi jamaah sampai melimpah pada bulan puasa Ramadhan, kemudian kembali sepi setelah puasa lewat. Kenyataan itu terjadi pada hampIr di seluruh masjid kita, termasuk masjid dikompleks perumahan saya. Kenapa pada bulan Ramadhan masjid penuh dalam menunaikan shalat tarawih yang menurut fiqh hukumnya sunat, sementara setelah bulan Ramadhan shalat lima waktu yang ibadah wajib malahan jamaah masjid sering sepi.

Kenapa pertanyaan dan kekuatiran tentang jumlah jamaah masjid ini timbul? Apakah karena masjid dibangun agar diramaikan oleh jamaah, atau masjid dibangun untuk memfasilitasi jamaah? Ataukah karena sepinya masjid, kita tidak bisa membanggakan agama kita, atau kita memang perduli pada jamaah? Pertanyaan ini beruntun muncul dalam pikiran saya.

Masjid dikenal sebagai tempat menampung aktifitas ibadah dan sosial umat islam, demikianlah konon yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Sekelompok jamaah yang membangun masjid untuk keperluan mereka dan memanfaatkannya sesuai dengan keperluan, namun apabila masjid dibangun agar diramaikan oleh jamaah rasanya tidak tepat. Kalaulah mereka tidak memanfaatkan dengan maksimal maka itu adalah masalah mereka sendiri, berarti mereka tidak memanfaatkan hak mereka atau mereka melalaikan kewajiban beragama.

Berbeda dengan jika alasannya kita perduli pada jamaah. Kalau memang masjid perduli dengan kehidupan beragama jamaahnya bahwa kewajiban untuk melaksanakan shalat wajib berjamaah di masjid, namun tidak dilakukan. Hal ini tidak dapat dikontrol oleh siapapun kecuali oleh pribadi-pribadi jamaah sendiri. Keperdulian para pemuka agama dan mubaligh hanya terbatas pada sekedar menyampaikan seruan.

Akan lebih salah kalau misalnya kekuatiran sepinya masjid menjadikan kita tidak bisa membanggakan agama kita. Syiar agama harusnya ditunjukkan pada tingkah laku umat dalam bermasyarakat, sejauh mana kita bermanfaat bagi manusia lain. Karena pengertian syiar adalah lebih kepada kesalehan sosial dalam hubungan antar manusia dan lingkungan hidup, sementara hubungan dengan Tuhan tetap menjadi hak perogratif pribadi atau kesalehan personal.

Kenapa masjid sepi setelah puasa, menurut pengamatan saya karena cara mendekati Islam selama ini salah atau lebih tepat tidak lengkap. Sebagian besar umat mendatangi masjid pada bulan puasa karena keinginan untuk mengumpulkan pahala sebesar-besarnya. Ibadah apapun pada bulan puasa akan diberi pahala berlipat. Pendekatan demikian yang dominan mereka terima sedari kecil sejak mulai mengenal Islam, dan itu sangat kental mewarnai watak dan karakter serta perilaku beribadah umat.

Sebuah kerja besar umat Islam agar penerapan konsep Islam rahmatan lil-alamin, adalah dengan membentuk watak dan karakter serta perilaku sejak usia dini. Bukankah Rasulullah saw pernah bersabda: ”Tiap-tiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci hingga dapat berbicara, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi”. Hadist ini sebetulnya memberikan suatu kosep pendidikan bahwa pembentukan watak harus dimulai sejak usia dini. Pendidikan sejak dini dilakukan baik oleh orang tua biologis maupun orang tua sosial. Dari usia dini mereka harus diberi pengertian dan contoh bahwa masjid adalah tempat yang menyenangkan. Mereka harus dibuat rileks dalam masjid, bahwa masjid memberikan rasa aman dan tempat berlindung, bukan sebagai tempat yang menakutkan.

Lebih jauh lagi, pengenalan agama seyogyanya dimulai dengan memberikan pelajaran tentang buruk dan baik, tanpa dikaitkan dengan fiqh yang kaku tentang pahala dan dosa. Termasuk dalam mengajarkan bagaimana adab didalam masjid. Inilah kerja besar Islam yang perlu dimulai sejak sekarang.

11 Oktober 2011.

No comments: