Wednesday, August 17, 2011

Non-Islam Tidak akan Masuk Sorga.

Seorang penanya pada sebuah kolom online bertanya kepada ustadz pengasuh rubrik tanya jawab sebagai berikut: “Saya pernah mendengar bahwa orang yang tidak beragama Islam (non-Islam) yang selalu berbuat baik dalam hidupnya tetap tidak masuk sorga. Apakah itu benar?” Ustadz, yang berlatar belakang keilmuan dengan gelar akademis tinggi, menjawab dengan penjelasan tentang orang Islam dan aqidah. Beliau mengatakan bahwa non- Islam tidak mempunyai aqidah atau ikatan dengan Allah, mereka adalah orang tidak beriman. Jawaban ini dilengkapi dengan ayat Al-Quran surat Annur (24) ayat 39, bahwa: ”…..“Dan orang-orang kafir, perbuatan mereka seperti fatamorgana……”……” Kesimpulannya dari penjelasan sang ustadz adalah: “Mereka tidak dapat masuk sorga, mereka tidak akan memperoleh keridhaan untuk menikmati sorganya Allah.”

Saya tidak setuju dengan pendapat ini, karena menurut saya arti dari ayat 24:39 “Dan orang-orang kafir, perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah rata, yang disangka air bagi orang kehausan, hingga ketika mereka mendekati dan tidak satupun....” Maksudnya lebih tepat apabila kita mendekat dan kita tidak/belum menemui Allah di sisi kita, maka artinya kita masih terhijab/mengingkari (kafir). Dan kebanyakkan orang masih diposisi ini apakah mereka Islam ataupun non Islam.

Kita lihat ada 3 subyek yang menjadi pokok bahasan diatas, yaitu : orang tidak beriman, orang kafir dan non-Islam. Sekilas memang jawaban yang diberikan ustadz diatas adalah jawaban yang dapat diterima secara umum. Konstruksi pemikiran yang dibangun adalah: non-Islam, orang tidak beriman, orang kafir adalah sama. Konstruksi pemikiran yang dianut ini sudah sangat solid dikalangan mainstream Islam.

Saya punya pendapat lain tentang ini. Pertama-tama saya ingin membedakan Islam (I-capital) dan islam (i-kecil). Islam dengan I-capital adalah nama sebuah agama yang dibentuk menjadi sebuah institusi dengan syarat dan aturan yang mengikat penganutnya; sementara itu islam dengan i-kecil adalah suatu ketundukan kepada Allah. Islam (i-kecil), sesuai dengan makna kata sin-lam-mim yaitu selamat, berserah diri, damai, kepatuhan atau ketundukkan. Jadi orang disebut ber-islam ketika dia telah berserah diri secara total kepada Allah, tunduk dan patuh kepada-Nya, dan yang lebih penting orang tersebut juga memberikan rasa damai dan keselamatan bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. (lihat juga al-Quran 2 : 112). Untuk membedakan pengikutnya, saya menyebut pengikut yang beragama Islam (dg I-capital) sebagai muslim (dg m-kecil); dan pengikut islam (i-kecil) sebagai Muslim (dg M-capital). Saya juga ingin menambahkan bahwa ayat al-Quran 3 : 19: “inna diina ‘indallahi alislam” semestinya diterjemahkan dengan “sesungguhnya ketundukan disisi Allah adalah keberserahan diri”.

Selanjutnya orang beriman, dalam al-Quran beberapa kali disebut sebagi orang yang percaya kepada Pencipta, pada yang gaib dan pada hari akhir. Iman berasal dari kata alif-mim-nun yang berarti merasa aman dan tentram atau secure bersama dengan Allah. Sesungguhnya orang yang belum merasa aman belumlah dapat disebut sebagai orang beriman. Orang beriman bukan hanya orang Islam (muslim), bahkan ahli kitab yang bukan Islam sekalipun dapat disebut sebagai orang beriman seperti yang disebut al-Quran 3 : 114 dan 3 : 199. Terlihat disini bahwa klaim orang beriman bukanlah milik orang Islam semata.

Kemudian orang kafir, adalah orang yang mengingkari Pencipta sesuai dengan arti kata kaf-fa-ra yaitu ingkar. Orang kafir adalah tidak beriman, karena keingkarannya tersebut. Keingkaran seseorang dilihat dari sikapnya yang antara lain adalah tidak menghormati Pencipta yang akan terlihat dalam sikapnya yang tidak menghormati ciptaan-Nya. Dengan pengertian ini maka kekafiran akan ada pada penganut Islam maupun non-Islam.

Kalau merujuk kedalam al-Quran, yang menentukan adalah amal yang dilakukan seseorang. Mereka yang mengimani Pencipta, melaksanakan kepedulian sosial seperti zakat dan sedekah akan diberi ganjaran yang sesuai sehingga tidak perlu merasa takut akan hari kemudian, seperti juga termuat antara lain dalam al-Quran 2 : 277. Janji Allah untuk tidak perlu takut itu tidak sejalan dengan jawaban ustadz diatas bahwa non-Islam tidak dapat masuk sorga.

Diluar dari pendapat yang diatas, kita juga dapat mendekati masalah ini dengan sangat sederhana. Kalau ustadz tersebut menyebutkan bahwa non-Islam tidak akan masuk sorga, maka ada kejanggalan logika. Coba dipikir sebanyak 6 miliar manusia di planet ini, hanya 1,5 miliar penganut Islam yang akan masuk surga, sisanya diciptakan untuk “disiksa” di neraka, dimanakah logika Keadilan sang Pencipta Yang Maha Adil?

Komentar akhir dari saya berkenaan dengan sorga: “Apakah sorga dan neraka itu penting sekali…..? Apapun yang Dia berikan kepada kita, bukankah tunduk dan cinta pada-Nya jauh lebih penting?”

Teringat puisi seorang sufi Rabi’ah al-Adawiyah:

Aku mengabdi kepada Tuhan
bukan karena takut neraka...
bukan pula karena mengharap masuk surga ...
Tetapi aku mengabdi, karena cintaku pada-Nya

Ya Allah, jika aku menyembah-Mu
karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
dan jika aku menyembah-Mu
karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembah-Mu,
demi Engkau semata, janganlah Engkau enggan
memperlihatkan keindahan wajah-Mu
yang abadi padaku
.

Adli Usuluddin
17 Agustus 2011.

No comments: