Saturday, December 26, 2009

Kecerdasan Warganegara dalam Memahami Informasi.

Banyak sekali hingar bingar di negara kita, mulai dari masalah Pemilu, Bibit-Chandra, Prieta, Bank Century, dan terakhir Luna Maya. Bahkan banyak isu lain seperti keadilan bagi pencuri tiga buah cocoa, semangka dan setandan pisang. Semua yang disebutkan diatas hanya sekedar menyebutkan contoh yang menjadi isu nasional. Masalah di atas menimbulkan juga konflik dan perbedaan pendapat yang tajam, tergantung sudut pandang masing-masing. Satu hal yang jelas semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu menyelesaikan masalah dengan tuntas dan memuaskan.

Menyelesaikan masalah dengan tuntas dan memuaskan? Biasanya yang disebut tuntas dan memuaskan adalah yang sejalan dengan pendapat sendiri, yang kadang-kadang akan memunculkan masalah baru yang berbuntut panjang. Setiap orang mempunyai definisi sendiri untuk suatu ketuntasan masalah. Suatu kenyataan adalah bahwa ketuntasan diartikan secara subyektif yang sesuai dengan pendapat yang mengucapkan. Kalau sesuai maka disebut tuntas dan memuaskan, kalau tidak sesuai maka dinilai tidak tuntas.
Pendapat mainstream menunjukkan bahwa isu Bibit-Chandra akan tuntas kalau Bibit-Chandra bebas dari jerat hukum, demikian juga dengan Prieta yang juga harus bebas.

Isu pemidanaan pencuri tiga cocoa, semangka dan setandan pisang juga memberikan warna sendiri. Apalagi kalau dibandingkan dengan koruptor yang tidak terjerat hukum, membuat keadilan masyarakat terluka. Mainstream menginginkan keadilan bukan sekedar penerapan hukum, sehingga diperlukan sensitifitas dan kepiawaian penegak hukum dalam memproses suatu kejadian sebelum menjadi satu perkara di pengadilan.

Terlihat bahwa pendapat mainstream berubah menjadi kebenaran, sehingga tidak memerlukan pengujian lagi. Pendapat mainstream sangat dipengaruhi oleh pemberitaan media yang didukung oleh kecepatan komunikasi. Tidak dapat dipungkiri ini adalah buah demokrasi yaitu kebebasan pers kita yang sangat maju dan sesuai dengan fungsinya. Pers bebas menyampaikan informasi yang juga tanpa disadari menggiring pendapat umum kedalam suatu opini yang dibentuk oleh informasi tersebut. Pendapat umum ini sangat terpengaruh sekali dengan cara mengemas informasi yang disajikan.

Setiap informasi apabila dikemas dengan struktur tertentu sesuai dengan keinginan yang membuat, maka akan dengan cepat berubah menjadi penilaian mainstream. Pendapat dan penilaian yang berbeda untuk setiap isu inipun adalah produk dan kenikmatan demokrasi dimana setiap orang bisa mengemukakan pendapat dengan bebas dan merdeka. Masyarakat umum sebagai konsumen informasi harus dengan bijak dan cerdas dalam menyerap setiap informasi. Sayangnya mayoritas mainstream kita belum cukup cerdas, sehingga dengan mudah akan terpengaruh oleh opini yang belum tentu benar. Diperlukan pembaharuan kurikulum pendidikan yang tepat dan tidak tambal sulam sehingga usaha mencerdaskan rakyat menjadi optimum. Anak didik harus mulai diperkenalkan cara berpikir kritis sejak dini, dan dilatih untuk mengemukakan pendapat dengan jelas. Dasar pendidikan untuk berpikir kritis akan menghasilkan warganegara yang cerdas sehingga dapat memilah informasi yang tepat dan benar.

Pembaharuan pendidikan tidak dapat ditunda lagi, karena demokrasi yang sudah diputuskan untuk diterapkan menuntut kecerdasan warga negara, sehingga hukum dapat diterapkan dengan benar dalam mencari keadilan.

Pendidikan yang tepat adalah persyaratan mutlak untuk mematangkan masyarakat Indonesia dalam berdemokrasi yang taat hukum dan berkeadilan.


Adli Usuluddin
22 Desember 2009

No comments: