Monday, April 17, 2006

Tawakkal kepada Allah SWT.

Catatan Pengajian Tasawuf tanggal 16 April 2006
masjid An-Nur Pamulang Permai
oleh DR. Asep Usman Ismail


Pengertian :
Arti kata tawakkal perlu ditelusuri dari akar kata bahasa Arab waw-qaf-lam yang artinya wakil, yang mewakili dan bertanggung jawab.
Sebagai makna, istilah Tawakkal dalam bingkai Islam adalah: Hamba yang bersandar/berpegang teguh pada Allah SWT dan menjadikan Nya sebagai wakil dan penanggung jawab, sehingga Hamba itu merasa dijamin dan terlindung oleh Nya.

Proses :
Seseorang untuk menjadi tawakkal memerlukan proses. Proses ini menyangkut perasaan, pikiran, pengetahuan, pengalaman, atau dengan kata lain, bergerak dari sisi cognitif, affektif sampai menjadi psycho-motorik. Ini adalah proses standar manusia untuk meleburkan diri kedalam kondisi tertentu. Proses ini akan membuat pemahaman, kepercayaan, pengetahuan cognitif, dan keterlibatan emosional terhadap Tuhan menjadi paripurna.
Kemudian dia akan bersandar/berpegang teguh, dan menjadikan Nya sebagai wakil serta merasa dijamin/dilindungi oleh Nya. Proses ini diperlukan sehingga tidak ada keraguan yang sering hinggap dalam pikiran manusia. Tiada keraguan berarti percaya, atau iman. Tawakkal mempunyai kaitan erat dengan iman, tanpa keimanan maka tawakkal tidak akan tercapai.

Posisi tawakkal :
Manusia sebagai makhluk sempurna diberi potensi cognitif sehingga dia disebut juga makhluk berakal. Cognitif ini merupakan potensi yang memberikan kemungkinan untuk memilih dan mempertanggungjawabkan apa yang dipilih tersebut kelak. Untuk memposisikan manusia sebagai makhluk berakal maka yang harus menentukan terlebih dahulu atas suatu tindakan adalah manusia sendiri. Oleh sebab itu petunjuk tawakkal dapat dilihat dalam Al-Quran surat Ali Imran (2) : 159 sebagai perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat tersebut memerintahkan Muhammad untuk berdakwah dengan urutan prosedur sebagai berikut :
1. Dengan kasih sayang
2. Bersikap lemah lembut atau persuasif
3. Bersedia memaafkan orang lain
4. Memintakan ampun kepada Allah
5. Bermusyawarah
6. Membuat perencanaan yang matang
7. Bertawakkal pada Allah.

Terlihat bahwa tawakkal adalah urutan terakhir dari suatu usaha, semua sistim prosedur yang ada di bawah kontrol manusia harus didahulukan semaksimal mungkin, barulah kemudian bertawakkal.
Contoh seorang Badui yang mengadu kepada Nabi Muhammad SAW bahwa ontanya yang ditinggal diladang tetangganya hilang walau pun dia sudah tawakkal pada Allah. Ketika Nabi menanyakan apakah dia sudah menitipkan onta tersebut pada tetangganya dan dijawab tidak, dan ketika ditanya apakah ontanya diikat, juga dijawab tidak, maka Muhammad menyalahkan si Badui karena dia tidak melakukan hal yang dapat dia kerjakan terlebih dulu sebelum bertawakkal.
Demikian posisi tawakkal dalam kehidupan.

Ciri-ciri tawakkal :

Ciri-ciri orang yang tawakkal, seperti tercermin dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Anfaal (8) : 2 – 4. Tingkat-tingkat tersebut adalah :
1. Mendengar nama Allah saja hatinya sudah bergetar.
Seseorang yang bertawakkal akan bergetar kalbunya apabila mendengar nama Allah, apalagi kalau dia sendiri yang menyebut nama tersebut.
2. Meyakini bahwa harta yang diinfakkan tidak hilang.
Berarti percaya pada jaminan-jaminan yang dijanjikan Allah. Seperti jaminan kuantitatif dan kualitatif dalam firman Nya pada Al-Baqarah (2) : 261.
3. Mendapat derajat lebih tinggi
Orang-orang yang tawakkal akan selalu berada satu tingkat diatas lingkungannya, dan kan mendapat ampunan serta rezeki.

Jaminan-jaminan orang yang tawakkal :
Beberapa jaminan yang akan diperoleh orang yang tawakkal adalah, keyakinannya atas jaminan-jaminan Allah SWT, yang antara lain dalam firmanNya pada Surat Ath-Thalaaq (65) : 2 – 4; yaitu :
- Dijamin selalu mendapat jalan keluar dalam setiap masalah.
- Mendapat rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka
- Mencukupkan keperluannya
- Telah ditentukan qadar (ukuran) baginya.
- Kemudahan segala urusannya.

Timbul pertanyaan kenapa ada orang-orang yang tidak beriman dan tawakkal sebagai mana yang diterangkan diatas, tapi mendapat kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidupnya?.
Hal ini dimungkinkan apabila seseorang mengikuti sunatullah dengan konsekwen atau disebut juga dengan kesalehan duniawi, dia akan mencapai kesuksesan duniawi walaupun dia tidak berangkat dari Iman yang benar. Tapi kesuksesan ukhrawi orang-orang ini hanya Allah yang tahu.
Sementara itu jika seseorang berangkat dari Iman yang benar (saleh ukhrawi), walaupun tidak punya kesalehan duniawi, Allah SWT menjanjikan kebahagiaan ukhrawi baginya.
Sudah barang tentu yang paling baik adalah berangkat dari iman yang benar(saleh ukhrawi) dan mengikuti sunatullah (salehan duniawi), maka ia akan memperoleh kebahagiaan duniawi dan ukhrawi pula.

Penutup :
Tawakkal adalah sebagai penentu kebahagiaan dan kesuksesan hidup, menghilangkan stress dan penyakit hati seperti iri, dengki, kecewa dan tidak puas diri. Saat ini beberapa pentunjuk hidup bahagia dan petunjuk hidup sukses yang ditulis oleh pemikir-pemikir baik yang bersumber dari Al-Quran maupun bukan. Namun kelihatannya essensi ilmu-ilmu tersebut bermuara pada jalan islami yang qurani. Ini menjadi bukti bahwa kebenaran Al-Quran sebagai petunjuk hidup yang universal.

Wallahu a'lam.

1 comment:

Agung Supomo Suleiman said...

sangat menarik sekali tulisan anda mengenai tawakal