Kuliah subuh di masjid hari ini.
Ustadz mengandaikan bekal amal didunia yang akan dibawa ke
kampung akhirat nanti ibarat barang bawaan yang akan melewati beacukai seperti
kita pulang dari luar negeri kembali ke tanah air. Amal sebagai barang bawaan akan diperiksa oleh
malaikat penjaga akhirat, sehingga itu akan menentukan apakah kita akan
dimasukkan ke surga atau neraka.
Adapun skenario yang dianut selama ini, bahwa kita
dilahirkan kemudian hidup dan berkiprah dimuka bumi, setelah itu meninggal dan
nanti pada yaumil akhir akan dihisab amalannya di pengadilan Allah dengan bukti
alias BAP dari catatan yang dibuat oleh malaikat, dan keputusan pengadilan ini
yang akan menentukan apakah kita akan masuk ke surga atau neraka.
Melalui pengandaian itu umat akan memahami kajian yang disampaikan, tapi masihkah relevan skenario
seperti itu.
Bukankah bagi Allah semuanya sangat mudah. Semua amalan kita
akan diketahui-Nya secara langsung saat kita kerjakan. Apa masih relevan menggambarkan
skenario penantian sampai yaumil akhir, apakah Allah memerlukan catatan BAP
dari malaikat, apakah bayangan padang mahsyar yang menampung semua manusia dari
awal sampai kiamat, dengan jembatan
serambut dibelah tujuh dan api yang menyala dibawahnya.
Memang ada teks yang menggambarkan urutan seperti diatas,
namun kelihatannya perlu pandangan baru dalam melihat peta jalan kehidupan
manusia. Diperlukan gambaran baru yang lebih up to date tentang proses
pengadilan, tentang padang mahsyar, tentang titian serambut dibelah tujuh.
Gambaran baru yang dapat dipahami dengan pikiran dan konsep modern. Kalau tidak mau secara perlahan pengunjung pengajian akan semakin
sepi, maka diperlukan tafsir yang dapat memberikan peta baru menuju kampung
akhirat.
Kita merindukan mufasir demikian.
08 Mei 2016.