Wednesday, March 29, 2006

Bagaimana Ilmu Ekonomi Menjawab?

Ekonomi --menurut Adam Smith bapak ilmu ekonomi-- mempunyai prinsip: 'Memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya.' Demikian pula yang saya terima dari guru ekonomi sewaktu di SMA dulu. Saya bukan ahli ekonomi, cuma senang mengamati dengan kaca mata awam, karena hidup ini tidak terlepas dari masalah-masalah ekonomi. Prinsip ini adalah amat sangat logis karena effisien dan effektif, yang menjadi salah satu ciri dari masyarakat modern.

Ekonomi pada kenyataanya adalah suatu lingkaran akrtifitas yang saling tergantung antara tiga komponen besar : Produsen, Konsumen dan Pasar. Jika salah satu unsur lemah, akan membuat perputaran roda ekonomi menjadi pincang. Ibarat bajaj, yang salah satu ban nya kempes. Memang bajaj masih bisa dijalankan, dan roda ekonomi masih bisa diputar, namun tidak lagi dapat memenuhi tujuan luhur dari sistim ekonomi. Tujuan luhur ini tidak lain adalah kesejahteraan masyarakat.

Kenyataan yang dihadapi Indonesia saat ini mulai terlihat kepincangan perputaran roda ekonominya. Kita lihat contoh jalan tol dan PLN, keduanya merupakan penyedia kebutuhan publik.

Pengadaan jalan tol, yang dibangun oleh investor swasta dengan sistim BOT. Sebagaimana diketahui BOT (built, operate and transfer) adalah salah satu cara pemerintah untuk membangun proyek yang diserahkan kepada investor swasta, dan investor berhak mengoperasikan nya dalam jangka waktu tertentu. Setelah masa konsesi operasi selesai, proyek akan diserahkan kepada pemerintah. Masa konsesi itu tergantung kepada kemampuan proyek untuk mengembalikan investasi ditambah keuntungan bagi investor swasta tersebut. Pengembalian dana investor tentu berasal dari tarif tol yang dibayar oleh pengguna. Agar sasaran jangka waktu konsesi dapat tercapai, maka penurunan pendapatan investor akan dicarikan penyelesaian, yang sudah pasti dengan menaikkan tarif sebagai satu-satunya sumber pendapatan untuk membayar investor.

Demikian juga dengan kasus PLN yang merencanakan untuk menaikkan tarif listrik. PLN mengalami kerugian, untuk mmenutupi kerugian PLN meminta pemegang sahamnya yaitu pemerintah untuk mengatasinya dengan dana subsidi agar kerugiannya dapat ditutup. Sementara pemerintah tidak punya dana untuk memberikan subsidi penuh, maka uang yang dibutuhkan PLN haruslah diambil dari pelanggan dengan menaikkan tarif.

Dalam hal diatas, baik investor jalan tol maupun PLN tidak mau rugi atau berkurang keuntungannya, seperti yang sudah dituangkan dalam rencana bisnis mereka, yang juga menganut prinsip ekonomi Adam Smith. Disini kita belum lagi membahas apakah kedua nya telah menjalankan usaha dengan effisien, tanpa ada kebocoran atau penggelembungan biaya.

Terlihat prinsip untung sebesar-besar nya dengan modal sekecil-kecilnya adalah sangat aplikatif buat produsen. Kalau hanya prinsip diatas yang mengemuka, maka konsumen berada pada posisi yang terpaksa menerima, apalagi produsennya monopolis yang membuat konsumen tidak punya pilihan. Konsumen, dalam hal ini masyarakat akan membayar semua ini dari hasil pendapatan mereka. Pendapatan para konsumen ini akan sangat tergantung pada tingkat pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional. Salah satu kriteria keberhasilan ekonomi adalah kesejahteraan rakyat, yang berarti kesejahteraan konsumen. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, semakin sejahtera rakyat/ masyarakat konsumen, yang akan membuat kemampuan bayar mereka menjadi tinggi untuk membayar semua kebutuhan hidup termasuk kenaikan yang dibebankan produsen. Ini juga berlaku untuk semua produk tidak hanya jalan tol dan listrik PLN saja.

Sampai disini tidak ada yang salah, semuanya benar sesuai dengan logika prinsip ekonomi. Isu ini akan menimbulkan masalah kalau konsumen menjadi salah satu ban bajaj yang kempes.

Nyatanya, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat rendah, itu pun tidak merata kepada seluruh rakyat, sehingga pertumbuhan ekonomi sekitar 4 % sekarang ini hanya akan dinikmati oleh segelintir lapisan pelaku ekonomi tingkat atas saja. Ini membuat kemampuan bayar atau daya beli masyarakat rendah. Dari mana konsumen mendapatkan uang untuk membayar semua produk itu? Atau mereka mungkin akan mengurangi pemakaian produk yang ditawarkan produsen. Kalau ini yang terjadi, akan menimbulkan efek negatif dimana rencana keuntungan perusahaan produsen akan berkurang, dan taraf hidup masyarakat juga akan menurun. Kedua hal ini akan membuat perputaran ekonomi bisa menjadi macet, konsumen tidak mampu membayar, produsen tidak bisa menjual, tidak dapat dibayangkan apa yang terjadi. Daya beli turun, produksi macet!!!

Bagaimana Ilmu Ekonomi menjawabnya ???

1 comment:

Unknown said...

menurut saya apapun yang dilakukan alasannya adalah untuk tetap bertahan dalam hidup. sesuai dengan prinsip ekonomi dengan modal sekecil2nya mendapat keuntungan yang tak terhingga. begitu pula dengan pemerintah, apabila tidak punya modal ya pakai modal swasta dulu bikin kontrak dan semuanya menjadi hak pemerintah kelak. bukannya prisnip itu sudah bagus..